Thursday, November 16, 2017

Memberi Perhatian

Pagi ini mas Senna masih malas-malasan ketika waktunya berangkat sekolah. Ketika dibujuk yangkung, Mas Senna mengatakan maunya ditungguin di dalam kelas. Kalau indanya yang menanggapi sudah mulai naik intonasi karena setiap ditanya hanya dijawab dengan rengekan yang tidak jelas. Rasanya semakin jelas, ada sesuatu yang membuatnya takut di kelas. Bahkan semalam pun terbawa dalam tidurnya yang mengigau sekitar 40 menit.


Inda pun mengintrospeksi diri sendiri, apakah inda sudah terlalu keras kepada mas Senna, apakah inda yang terlalu memaksakan kemauan inda, apakah inda kurang menghargai keinginannya, dan sederet kemungkinan lainnya. Sedih luar biasa, sampai di titik inda merasa bersalah dan merasa yang paling bertanggung jawab untuk mengembalikan situasi normal kembali.

Setelah berhasil membujuk naik ke motor, di tengah perjalanan, inda menepi menghentikan motor sejenak, sambil mengajaknya ngobrol mencari tau.
Berusaha menahan diri dengan berbicara selembut mungkin, dan memintanya untuk menatap mata inda. Ya mata adalah jendela hati, supaya ia merasa nyaman dan bisa berbicara jujur tanpa ada yang ditutupi.

Tunjukkan Ketertarikan dan Perhatian
Berikan respon positif sebagai bentuk dari ketertarikan atau perhatian. Tujuannya adalah agar anak menyadari bahwa apa yang ia utarakan adalah penting bagi kita.

"Mas, inda lihat sepertinya mas Senna belakangan ini tidak semangat ke sekolah. Apa ada yang membuat mas takut?"
Dijawab dengan setengah merengek tidak jelas.
"Mas kalau inda bertanya, jawabnya dengan jelas ya. Apa ada yang membuat mas takut?" Inda ulangi pertanyaannya.
"Iya."
"Apa mas? Apa ada yang berbuat nakal ke mas Senna? Kalau mas Senna tidak bicara, inda nggak bisa tau, nak. Coba ceritakan ke inda ya."
(Lalu menyebutkan nama salah satu teman sekelasnya.) "*t***"
Kecurigaan terbukti, ada yg membuatnya takut di kelas.
"Mas Senna diapain?"
"*t*** pakai tembakan. Senna nggak boleh masuk ke rumah-rumahan pake tembakan mainan yang ada di kelas."
"Dipukul?"
"Nggak, tapi nggak boleh masuk."
"Oh begitu ceritanya ya. Nah kalau mas cerita inda jadi tau. Mas Senna sedih ya nggak boleh masuk ke rumah-rumahannya. Iya mungkin dia tidak sengaja mas. Maafin *t*** ya. Mas Senna mau kan maafin *t***?"
"Iya nda. Tapi nanti inda temenin di kelas ya."
"Sebentar saja ya. Nanti inda dimarahin bu guru kalau di kelas terus."
"Sampai pulang sekolah nda"
"Hari ini saja ya, besok Jum'at sudah pintar lagi ya."
"Iya inda".

Kamipun melanjutkan perjalanan karena melihat ada teman mas Senna lewat mendahului kami. Dan setelah melewati turunan, hampir menabrak motor lain di pertigaan yang sama-sama hendak mengantar anak sekolah. Kecepatan motor inda tidak kencang, tapi karena sama-sama tidak melihat (kondisi pertigaan arah datangnya motor terhalang tembok), jadi kaget saat hampir menabrak. Inda sudah mengucapkan maaf, tapi sepertinya mereka tidak mendengar karena saking kagetnya. Indapun sama kagetnya. Saling mengucap istighfar. Tapi semoga mereka memaafkan inda ya.

Dari kejadian sepanjang pagi ini, inda kembali diingatkan saat emosi tinggi, nalar menjadi pendek. Maka saat terbaik untuk berkomunikasi adalah saat emosi mereda, nalar pun bisa digunakan dengan baik.

#harike15
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip

No comments:

Post a Comment