Dalam materi dijelaskan :
"Anak –anak itu memiliki gaya komunikasi yang unik.
Mungkin mereka tidak memahami perkataan kita, tetapi mereka tidak pernah salah meng copy.
Sehingga gaya komunikasi anak-anak kita itu bisa menjadi cerminan gaya komunikasi orangtuanya.
Maka kitalah yang harus belajar gaya komunikasi yang produktif dan efektif. Bukan kita yang memaksa anak-anak untuk memahami gaya komunikasi orangtuanya.
Kita pernah menjadi anak-anak, tetapi anak-anak belum pernah menjadi orangtua, sehingga sudah sangat wajar kalau kita yang harus memahami mereka.
Jleb banget ya, dan ini pengingat banget bagi kami, untuk tidak memaksakan anak untuk memahami perkataan kita, melainkan kitalah yang memahami mereka.
Seperti kejadian siang tadi, sepulang sekolah, inda dan mas Senna pergi ke supermarket untuk belanja bulanan. Selama perjalanan inda jelaskan tujuan inda ke supermarket dan diharapkan mas Senna tidak minta jajan ini itu dulu. Sesampainya di supermarket, mas Senna cukup kooperatif dan meskipun pada akhirnya tergoda juga untuk minta jajanan. Inda pun memberikan reward karena sudah kooperatif dengan inda, mas Senna boleh beli makanan yang disuka untuk bekal jalan-jalan besok, tapi tidak untuk dimakan hari ini.
Sesampainya di rumah, rupanya tergoda dengan makanan yang dibelinya tadi. Merayu inda untuk buka kemasan makanannya. Inda kembali mengingatkan kesepakatan tadi, rupanya tetap merengek. Dan inda yang saat itu sedang menyusui Ayyash pun belum bisa fokus berkomunikasi dengan mas Senna, masih tetap berpegang kesepakatan tadi, bahwa tidak inda perbolehkan. Akhirnya mas Senna nangis sekencang-kencangnya.
Seringkali yang muncul adalah emosi sambil berkata "Kenapa sih nangis" atau "Gitu aja koq nangis".
Bukan begitu bukaan buibu?
Ternyata kalimat tersebut tidak produktif. Dan karena posisi inda yang sedang ngelonin Ayyash, berusaha menahan diri, memberikan waktu untuk mas Senna menangis, sambil inda mengatur kalimat yang akan dikeluarkan, jadinya seperti ini :
👩 "Mas Senna, sini mendekat ke inda. Mas Senna masih ingat nggak tadi sewaktu di supermarket apa yang sudah kita sepakati? Makanan yang Mas Senna beli itu kan untuk bekal jalan-jalan besok."
👦 (sambil menangis) "iya inda"👩 "Trus tadi Mas Senna nangis kencang sambil lempar sendok ke inda itu perbuatan benar apa salah?"
👦 (dengan suara lirih) "Salah" (trus menunduk)
👩 "Kalau salah Mas Senna harus gimana?
👦 "maafin Senna ya inda" (mengulurkan tangan meminta maaf, cium tangan, trus dicipika cipiki.. Ahhh rasanya nyesss adem banget 💕)
👩 (berusaha memahami) "Memangnya Mas Senna kepingin banget ya makan sekarang? Trus kalau habis sekarang berarti besok Mas Senna nggak punya bekal untuk jalan-jalan, gimana?"
👦 "Cuma mau 2 aja inda"
👩 "Oh, ok deh, tapi jangan diulangi lagi ya menangis sambil melemparnya"
👦 "Iya inda" dan akhirnya si Mas pun tersenyum
Ya, hari ini inda belajar memahami anak. Selama ini kita sering menggunakan suara saja ketika berbicara ke anak. Mengingat kembali bahwa saat berkomunikasi harus bisa mengendalikan intonasi suara dan menggunakan suara ramah.
Ingat kembali Rumus 7-38-55 : saat berkomunikasi ternyata hanya 7% mempengaruhi keberhasilan komunikasi kita ke anak. 38% dipengaruhi intonasi suara dan 55% dipengaruhi bahasa tubuh.
Ke depannya akan menjadi tantangan yang menarik, karena ini demi perubahan yang lebih baik.
#harike2
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbunsayiip
No comments:
Post a Comment