Saturday, September 22, 2018

Fitrah Seksualitas - Review Kelompok 2

Bismillaahirrohmaanirrohiim

Melanjutkan review presentasi Kelompok 2 di Kelas Bunsay 3 Jakarta yang sudah memasuki level 11, dengan tema besar Fitrah Seksualitas, yang dipresentasikan Jum'at, 21 September 2018.

Anggota kelompok 2 antara lain :

🧕 Ayu Ratna Wulandari
🧕 Budiana Susy Widhari
🧕 Devi Yuliana 
🧕 Dewi Ciptaningrum
🧕 Berlin Fridiary
🧕 Dewi Rahmawati

Materi disampaikan oleh Mb Dewi Rahmawati, seorang ibu yang luar biasa membersamai ananda Daffan Hamizan Abdurahman yang saat ini berusia 2 tahun adalah keseharian wanita aktif satu ini. Ditengah maboknya karena sedang hamil ke 2
Beliau tetap semangat utk membersamai tim kelompok 2 mengerjakan tugas klp ini bersama.

Berikut adalah presentasi Kelompok 2.
Alhamdulilah di kasih kesempatan untuk menyampaikan apa yang telah group kami diskusikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya (seperti proklamasi saja😊😊).
Makasih mba berlin. 

Kemarin telah kita dengarkan dari kelompok 1 tentang fitrah seksualitas dengan membedakan jenis kelaminnya, topik yang menarik sekali untuk dibahas karena pada dasarnya memang itu perlu diketahui sejak dini mana saja batasan antara laki-laki dan prempuan dan yang yang tidak kalah penting lainnya adalah "Adab berpakaian" yang akan kami presentasikan.
Selamat menikmati cemilan di jum'at pagi😊😊😊







Jadi sekarang sudah jelas beda antara adab dan juga fitrah 
Adab ialah aturan dan normal yang di atur agama sedangkan fitrah adalah cara seseorang berpikir tentang sesuatu hal.

Lalu bagaimana tahapan pendidikan seks pada anak 
Yuk kita liat tahapan pendidikannya










Wawww ternyata ada banyak fase untuk menumbuhkan fitrah seksual anak .
Umur berapa iya sekarang usia buah hati kita dan masuk manakah face oral, face anak, phallic atau mukin sudah masuk face genital.

Lalu bagaimana seharusnya anak kita berpakaian menurut fasenya 
Ini dia ringkasannya⬇⬇⬇






Masyaallah menutup aurat selain jauh dari api neraka ternyata bisa menujukan adab seorang manusia dan sebagai identitas gender 
Dan yang paling penting itu insya allah terjauh dari prilaku seks yang menyimpang dan terjaga pula kehormatan kita

Subahanaallah sudah benarkah kita mengajarkan anak kita berpakaian kadang kita pula suka hilaf membelikan dan memfasilitasi pakaian tidak sesuai dengan fitrah dan juga adab dan syariahnya .
Dampak dan manfaat apa saja jika kita mengetahui memakai pakaian yang sesuai dengan fitrahnya.





 Semua data ini kita ambil dari sumber-sumber yang insya allah terpercaya.
Dan bisa juga mukin bisa membatu teman-teman untuk selanjutnya



--

Tanya Jawab

Pertanyaan #1 : (Mbak Maya) 🙋🏻‍♀ izin bertanya mbak berlin & kelompok.
Bagaimana caranya mengajarkan adab pada anak tanpa membenturkan fitrahnya.?

✅Jawab:

Mungkin yg dimaksud mba Maya mengajarkan adab tanpa terbentur dengan fitrah perkembangan ya? jika demikian yg dimaksud, maka kami coba mengacu pada frame work pendidikan fitrah berbasis akhlaq. Pengenalan adab disesuaikan dengan masing2 fase perkembangan anak. Misal, untuk adab menutup aurat, pada anak usia balita, kita kenalkan aurat adalah bagian yg biasa tertutup pakaian, namun jika sudah masuk usia baligh, batasan aurat sesuai dengan tuntunan agama. Fitrah adalah hal yang baik dan adab pun adalah hal yg baik, seharusnya tidak berbenturan, jika dengan penyampaian yang sesuai.



❓ Pertanyaan #2 : Widya Anita) Tanya donk
Mba gimana caranya misal kita menjelaskan bahwa cara berpakaian anak perempuan seperti yg dijelaskan dimateri. Tetapi dia melihat diluar sana banyak wanita2 yg tidak berpakaian seperti yg kita jelaskan tadi. Dan akankah anak jadi kebingungan gt mba. Karna teori dan banyaknya kenyataan yg berbeda.

✅Jawab:
Kalau menurut kami, baiknya tetep dijelaskan yang benar sesuai aturan adab berpakaian mbak. Kemudian, diberi penjelasan tambahan bahwa tidak semua orang mampu melakukannya. Beri pemahaman bahwa mungkin orang yang saat ini masih berpakaian terbuka, masih belajar untuk menutup aurat nya. Jadi, kalau kita sudah lebih dahulu bisa menutup aurat berarti belajarnya sudah jauh lebih baik.



❓ Pertanyaan #3 : (Uni Annisa Sellyana) Tanya Donk
Bagaimana menyikapi anak pada phase phallic?
Siap2 ini...karena Aisyah baru masuk 4 tahun 🙏🏻

✅Jawab:
Masalah face phallic itu ada secara natural iya 
Biasanya anak secara tidak sadar suka memegang alat kelaminnya sendiri terutama anak laki-laki 
Kita harus mencegahnya agar itu tidak menjadi kebiasaan 
Mukin dengan cara itu kan bukan untuk di pegang ka itu kan aurat malu kalo kamu memegangnya 
Itu kan harus di tutupi jangan sampai ada yang melihat apa lagi memegang kecuali ibu dan ayah itu pun hanya saat memandikan 

Karena kalau tidak di cegah sejak dini ada beberapa orang dewasa yang suka memegang alat kelaminya tanpa di sadari karena dari kecil orang tua membiarkannya



❓ Pertanyaan #4 : (Mbak Ratna) Tanya Donk
Mb Berlin mau izin bertanya. kurleb sama sih kaya prtanyaan Mba Widya hehee
Untuk berpakaian muslim bagi wanita kan sudah ada ya aturannya dlm islam sperti yg ada di PPT grup yaitu memakai hijab, memanjangkannya smp dada. Tapi skrg sprti yg kita tau skrg bnyk terbentur pd "aturan pekerjaan" yg membatasi pakaian utk wanita berhijab sprti tdk boleh terlalu panjang hijabnya. wlwpun ini sdh termasuk kemajuan ya dibanding jaman dulu yg banyak larangan penggunaan hijab saat bekerja. jd mnurut tmn2 apa yg kita bisa lakukan utk mencerdaskan anak2 kita ttg hal yg 'bertentangan' itu, antara aturan dr agama atau aturan pekerjaan. kita sbg ortu jika nnt melihat fenomena itu trjadi pada anak apakah akan membiarkannya atau melarangnya?

✅Jawab:
Seharusnya aturan tentang agama itu nomer satu ya mbak, karena aturan agama ada untuk pedoman hidup kita hehehe
Apabila fenomena itu terjadi, kembali ke diri kita masing2 apakah akan mematuhi aturan pekerjaan atau aturan agama 😊



❓ Pertanyaan #5 : Mbak Berlin.. Tanya Dong
Anak yg baru aja 2tahun. Masih suka isap jari yg masuk fase oral. Dan belum ada tanda2 mau berhenti. Udah dilarang2, tp belum mempan. Masih mau ikhtiar lg utk bisa lepas. Itu nanti menyalahi fitrah seksualitasnya gak ya? Dan apa dampak ke depan?

✅Jawab:
Wajar jika kebanyakan bayi suka mengisap jempol, karena ternyata kebiasaan ini sudah dimulai sejak dalam kandungan. Refleks isap ini membantu bayi saat akan menyusu, maka ibu tidak perlu lagi memaksakan untuk menyodorkan puting. Keahlian mengisap jempol ini sudah mulai sejak minggu ke-19 karena otak bayi telah mencapai jutaan saraf motorik sehingga ia mampu membuat gerakan sadar seperti menghisap jempol.

Fase oral adalah suatu fase ketika bayi mendapatkan kepuasan dengan mengisap. Fase ini dimulai sejak bayi lahir, akan menghilang perlahan sampai anak berusia 2-3 tahun, dan akan benar-benar menghilang saat usia 6 tahun. Efek yang didapatkan dari mengisap jempol ini adalah ketenangan dan kenyamanan, terutama bila ia mengalami reaksi emosional seperti rasa tidak nyaman, bosan, mengantuk, takut, tegang, atau lapar.

Perlukah hisap jempol dikhawatirkan? Jawabannya tak perlu. Mengisap jempol pun tidak akan menurunkan tingkat kecerdasan anak. Anda tak perlu cemas, karena ini hanyalah cara anak untuk mengatasi stres ringan.

Kebiasaan mengisap jempol mulai akan menjadi masalah bila anak masih memiliki kebiasan ini sampai usia di atas dua tahun dengan intensitas dan frekuensi yang tinggi. Efek ini juga akan muncul pada anak yang memiliki kebiasaan mengempeng, namun efek organiknya lebih sedikit dan kebiasaan mengempeng lebih mudah untuk dihentikan.

Jika kebiasaan mengisap jempol ini terlalu lekat dan belum disapih lebih dari dua tahun, maka akan muncul berbagai permasalahan . Termasuk perubahan pada bentuk gigi dan rahang. Gigi anak dapat menjadi maju (“tonggos”) dan terjadi perubahan pada bentuk rahang yaitu rahang akan menjadi sempit dan dalam. Juga bisa terjadi open bite, yaitu saat gigi geraham atas dan bawah sudah mengatup, gigi depan atas dan bawah tetap terbuka. Masalah lain adalah jempol dapat menjadi kapalan dan bertanda. Kemudian adanya kemungkinan meningkatnya infeksi, bahkan terjadi gangguan sosialisasi, karena anak dapat menjadi cenderung pasif dan kurang beraktivitas atau anak menjadi diolok-olok oleh temannya.

Bagaimana cara menghentikan perilaku mengisap jempol?

Pertama, cari tahu faktor penyebab si kecil tidak nyaman dan gelisah lalu coba hilangkan faktor penyebab ini.

Kedua, jangan memarahi anak yang mengisap jempol terutama pada anak di bawah tiga tahun, apalagi sampai mencabut jempolnya dan memarahinya. Hal ini dapat membuat anak menjadi frustrasi.

Ketiga, coba mengalihkan perhatiannya pada lingkungan sekitarnya pada saat anak ingin mengisap jempol.

Keempat, mencoba dengan memberikan zat yang rasanya pahit pada jempol anak sehingga saat anak mulai memasukkan jempolnya ke dalam mulut, rasa pahit tersebut akan menyebabkan anak tidak jadi mengisap jempolnya. Ingat, zat tersebut haruslah tidak berbahaya untuk dimakan anak ataupun saat anak menggosok matanya. Zat tersebut contohnya temu lawak, jamu, dan lain sebagainya. Hal tersebut dapat berhasil pada sebagian anak. Anda juga dapat mencoba memasangkan plester pada jempol anak.

Pada anak yang sudah lebih besar (diatas usia tiga) dan masih mengisap jempol biasanya anak sudah dapat diajak bicara dan berkompromi, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasinya.

Pertama, bila kebiasaan ini terus menetap dan ditemukan adanya masalah pada kemampuan adaptasi anak atau ditemukan faktor pencetus emosional atau psikologis, mungkin anak perlu mengikuti terapi misalnya terapi modifikasi perilaku atau terapi lainnya sesuai dengan masalah yang ditemukan.

Kedua, keikutsertaan dan kerjasama dengan anak merupakan hal yang terpenting dalam menghentikan kebiasaan ini.

Ketiga, ajak anak untuk berdiskusi, terutama bila teman-temannya mulai mengolok-olok karena kebiasaannya ini. Dengarkan dan tawarkan beberapa solusi kepada anak.

Keempat, Anda dapat membuat perjanjian dengan anak untuk menghentikannya secara bertahap misalnya perjanjian untuk tidak mengisap jempol di tempat umum, atau hanya boleh pada waktu sebelum tidur. Ini harus disertakan pengertian misalnya dijelaskan padanya bahwa kebiasaan mengisap jempol tidak sopan dilakukan di depan umum.

Kelima, Anda dapat juga menggunakan sistem hadiah misalnya bila seminggu anak tidak mengisap jempol akan mendapatkan stiker atau hadiah tertentu.

Keenam, jangan menghukum anak. Biasanya anak yang dimarahi atau dihukum akan semakin menolak dan melakukan kebiasaan ini dengan sembunyi-sembunyi.

Ketujuh, jangan lelah dan putus asa untuk mengingatkan anak untuk menghentikan kebiasaan ini. Bila gagal dengan satu cara coba lagi dengan cara lainnya.

Pada saat anak mulai melepaskan kebiasaannya ini terkadang anak akan memiliki sikap seperti berontak yang membuat orang tua tidak tega, misalnya berteriak-teriak, uring-uringan, dan lain sebagainya. Jangan memarahinya, melainkan tetap dukung anak karena saat itu mereka sedang berusaha untuk melawan kebiasaan buruknya itu.

Disalin dari tulisan Dr. Marissa T S Pudjiadi, Sp.A



❓ Pertanyaan #6 : (Mbak Sakinah) Tanya donk!!
Terkait berpakaian untuk anak perempuan juga nih..

Apakah dengan pendapat bahwa untuk anak wanita yg belum baligh belum perlu berjilbab tetapi berpakaian sopan lalu ketika baligh langsung berjilbab, atau sedari kecil sudah berjilbab tetapi disaat besar sudah bosan dan malah menimbulkan keinginan utk tidak berjilbab? Maksudnya secara psikologis, lebih pas yg mana ☺

✅Jawab:
Kewajiban menutup aurat memang diwajibkan ketika anak sudah baligh, namun tidak mengapa mengenalkan sejak dini, agar bisa menjadi pembiasaan. Mengenalkan nya pun dengan memberi contoh dari orang terdekat. Kenalkan dengan cara yang meninggalkan kesan menyenangkan



❓ Pertanyaan #7 :T(Mbak Rika) Tanya donk girls.....😉
td ada pembahasan tentang cara mengenalkan pendidikan seks sesuai usianya.. sy pernah denger secara psikologis ketika menjelaskan pada anak mengenai jenis kelamin dan namanya disebutkan sesuai bahasa kedokteran nya tidak di ganti dengan bahasa2 lain, misal vagina ya bilang vagina tidak dirubah menjadi momo atau lainnya... naah kalau secara agama bagaimana pengenalan nya?? 


terimakasih.. maafkan panjang nanya nya.. hihihi

✅Jawab:
Mengajarkan bagian2 tubuh termasuk alat kelamin merupakan salah satu bentuk pendidikan seksual sejak dini. Dengan lebih mengenali mengenai bagian tubuh yang ia miliki dan perbedaannya dengan jenis kelamin yang lain akan membuatnya lebih tau mengenai dirinya dan diharapkan dapat membantunya menjaga tubuhnya. Untuk penyebutan alat kelamin, seperti juga bagian tubuh yang lain (kaki, tangan, perut dan lain sebagainya), penyebutan alat kelamin akan lebih baik jika menggunakan bahasa yang baik dan benar agar tidak berdampak negatif pada anak, seperti bingung Menyebut vagina untuk alat kelamin perempuan dan penis untuk alat kelamin laki laki

---

Sebagai pengingat diri : "Sudah benarkah kita mengajarkan anak kita berpakaian kadang kita pula suka khilaf membelikan dan memfasilitasi pakaian tidak sesuai dengan fitrah dan juga adab dan syariahnya"
Yuk biasakan mengajarkan anak-anak berpakaian sesuai fitrah dan juga adab dan syariahnya. Semoga anak-anak kita terhindar dari segala kejahatan akibat berpakaian yang tidak semestinya.

Semoga bermanfaat 😊

Wassalam

No comments:

Post a Comment