Di kelas Bunsay, inda kebagian di kelompok 5. Ada siapa sajakah di kelompok 5 ini?
Ini dia anggotanya :
1. Kena Satya Saputri
2. Jihan Gibtiyyah Assegaf
3. Lilik Solichatun
4. Karyati Niken Sugesti
5. Lailatul Husna
6. Karmila Fitrianingtyas
Ssst kali ini secara tidak sengaja, si inda yg jadi ketua kelompoknya π
Dengan segala daya dan upaya Alhamdulillah selesai juga, inilah materi yang disampaikan di kelas Bunda Sayang Level 11 :
Salah satu fitrah yang dibawa oleh manusia sejak lahir adalah fitrah seksualitas.
Setiap anak dilahirkan dengan jenis kelamin lelaki dan perempuan. Bagi manusia, jenis kelamin atau gender ini akan berkembang menjadi peran seksualitasnya.
Bagi anak perempuan π§π» akan menjadi peran keperempuanan dan kebundaan sejati π§π».
Bagi anak lelaki πΆπ» menjadi peran kelelakian dan keayahan sejati π§.
Menumbuhkan Fitrah ini banyak tergantung pada kehadiran dan kedekatan pada Ayah dan Ibu. π
Jadi dalam mendidik fitrah seksualitas, sosok ayah ibu π«π senantiasa harus hadir sejak lahir sampai AqilBaligh.
Sedangkan dalam proses pendidikan berbasis fitrah, mendidik fitrah seksualitas ini memerlukan kedekatan yang berbeda beda untuk tiap tahap.
Apa saja tahapan dalam mendidik fitrah seksualitas anak?
Jangan buru-buru “tega” hanya karena ingin segera melihat anak nya beradab, justru malah kelak tidak beradab. Karena anak akan kelelahan.
Masih ingat dengan 2 gambar yang dipresentasikan oleh Kelompok 1?
Dimana seolah-olah semua pekerjaan dibebankan pada ibu.
Padahal seperti yang telah disebutkan dalam Prinsip 1 bahwa Fitrah Seksualitas memerlukan kehadiran, kedekatan, kelekatan keduanya, yaitu Ayah dan Ibu π secara utuh dan seimbang sejak anak lahir sampai usia aqilbaligh (15 tahun).
Tega ini bukan berarti negatif ataupun kekerasan. Akan tetapi keberanian memberikan anak-anak tugas utk membuatnya tangguh.
Secara fitrah, ayahlah yang punya sifat-sifat tegas karena dominan rasionalitasnya, sedangkan secara fitrah bunda lebih punya sifat-sifat emphaty, pemaaf, perasa, lembut.
Hal baik apa saja kah yang bisa diambil dari kedua cerita tersebut?
Dari benang merah kedua cerita tersebut, harus seperti apakah sosok ayah bagi anak laki-lakinya dan anak perempuannya?
Dan harus seperti apa sosok ibu perempuan bagi anak laki-lakinya dan anak perempuannya?
--
Tanya Jawab
Jadi gini mba, di keluargaku malah kayanya kebalik π ibuku yg jadi raja tega, sementara ayahku yg penuh kelembutan π
meski tetep aja anak2 lebih deket sama ibu,.
ada dampak gak sih mba sama pola pengasuhan kita ke anak2 kita yg skrg?
kebetulan suamiku tegas sekali, tapi pembawaannya lembut... aku yg lebih cerewet sama anak2. Dan kalo ayahnya di rumah, aku gak laku wkwkwk π
✅ Jawaban :
Kira2 "tega" dlm hal seperti apa mba uti? Kalau boleh tahu contohnya?
Fitrah keayahbundaan pasangan dg pola asuh yg dulunya terbalik, berpotensi menghasilkan peran terbalik pula
Idealnya sama" belajar dan memperbaiki keadaan. Jika tidak bisa ideal, maka istri harus lebih bersabar mengembalikan porsi keayahan yg sebenarnya.
Krn point penting ya adalah Ibu dengan senjata kelembutan, main perasaan. Sementara ayah yang hangat tapi tegas harus strategic dalam bertindak.
Menurut Ust Harry Santosa, peran terbalik sebenarnya tidak sehat dalam keluarga krn ada fitrah yg tak tumbuh baik pd diri ayah atau ibu. Dalam jangka panjang pasti memunculkan banyak masalah
Agar ga kebalik, maka menyadari peran dan fungsi fitrah keayahan atau fitrah keibuan.
Ayah dan Bunda perlu segera bersinergi utk saling menguatkan kesejatian masing2 dan menyepakati Misi Keluarga.
Tanggapan :
- (Mbak Uti) huaaa... catat2 π€£πmerenung dulu sebentar, apa ada yg salah atau engga dgn pola asuhku selama ini π€£ππ»
- (Mbak Mila) contoh kasusnya terjadi pada diri saya sendiri..Sejak kecil, ayah saya tidak terlibat dalam pengasuhan, ibu saya super tega dan saya merasa tidak punya pembasuh luka dalam keluarga.. jadi saat sekarang saya menjadi ibu, seringkali pola asuh super tega itu keluar dari diri saya.. namun, Alhamdulillah bisa diimbangi sikap suami yg tegas selalu mengingatkan, kamu itu ibunya, seharusnya lebih lembut, lebih mengayomi, dan lebih sabar.. dalam hal ini kami (saya dan suami) saling mengingatkan, menguatkan, menegur dan sama2 belajar utk terus memperbaiki pola asuh kami sebagai orangtua
- (Mbak Uti) miriiiippp aku umma... huhu dan alhamdulillahnya suami juga selalu ngingetin kalo cerewetnya aku ke anak udah hampir offside π
- (Mbak Niken) Kudu lebih belajar sabar lagi ya mbaaa (khususnya buat aku sih kl ini) π€
- (Mbak Mila) Iyaa.. Alhamdulillah nya suami juga berperan, karena kadang ada ayah yg anaknya direjeng ibunya di depan matanya tp ayahnya pun no action gitu
Tp lebih baik mungkin si ayahnya mengingatkannya jangan di depan anak yaa.. π€π€ nanti kesannya tidak kompak
Kalo di depan anak mah kudu seia sekata..nanti protes2 berkepanjangan sebaiknya dilakukan dibalik layar
❓ Pertanyaan 2 : (Mbak Dita)
Mau tanya dong buibu..
Jika ada anak yang belum usia akil baligh kayak ingin sekolah berasrama apakah itu pesantren atau boarding school (misal setingkat SD atau SMP), bagaimana baiknya untuk menghadirkan peran kedua orang tua ya?
# Apalagi jika sosok guru di sekolah/asrama tidak dapat menyuplai kebutuhan fitrah seksualitas yang sesuai/menggantikan kehadiran ayah dan ibu secara seimbang, karena mungkin di sekolah/asrama perempuan, peran guru perempuan yang lebih banyak.
Terima kasiih ❤
✅ Jawaban 2 :
Jika anak belum akilbaligh, yg ingin bersekolah di asrama keputusan tersebut berdasarkan atas keinginan anak atau dari orangtuanya?
Balik lagi seperti pada tahapan perkembangan sesuai usia (ada dlm slide 12-13 Tahapan "Tega")
Jika sudah kuat pada pondasi pada fase latih awal 7 - 10 tahun, maka anak dipersilahkan untuk merantau atau dengan kata lain mandiri.
Seperti keluarga pak dodik dan bu septi. Kuatkan dulu pondasi masa-masa awal perkembangan anak. Pada usia yg sudah sesuai, maka dipersilahkan untuk lebih mandiri.
Pastikan lagi pondasinya berdasarkan tahapannya. Sebaiknya jangan buru-buru “tega” hanya karena ingin segera melihat anak nya beradab, justru malah kelak tidak beradab. Karena anak akan kelelahan.
Tanggapan :
- (Mbak Dita) Karena keinginan anaknya mbak.. Sepupuku dia minta sekolah setingkat SMP nya di pesantren dan dia betul2 menunjukkan keinginannya sm ortunya. Akhirnya sekarang masuk sekolah berasrama.
- (Mbak Niken) Bantu jawab ya mba.. Kalau memang dlm diri anak sdh ada keinginan seperti itu. Maka tugas ortunya utk memastikan apakah peran mereka berdua sudah sesuai tahapan untuk pondasi si anak π Alhamdulillah ad keinginan mandiri ya mba
- (Mbak Dita) Iya mbak.. Nah itu dia, aku gak yakin, di tahapan sebelumnya sudah ada pondasi yg kuat. Di satu sisi sudah terlanjur masuk.
- (Mbak Kena) Mbak Dita, aku tambahkan ya, dari Ust Harry Santosa : "Sepanjang masih diberi kehidupan, Allah pasti memberi jalan untuk bahagia dan jalan bagi tumbuh berkembang fitrah itu. Allah itu aktif dan tidak pasif. Tugas kita hanyalah banyak berdoa, mengupayakannya dgn keyakinan penuh dan optimis serta memenuhi syarat2 agar fitrah itu tumbuh sempurna."
Tambahan
(Mbak Niken) : Oh iya... tambahan informasi.
waktu baca2 beberapa literatur. Ada cerita mengenai suami istri.
Sang istri sedang pergi keluar, lalu suaminya menawarkan diri untuk menjemputnya
Tetapi istri menolak karena beranggapan, "bisa mandiri dengan bepergian dan pulangnya bisa naik kendaraan umum. Karena memang biasanya seperti itu"
Ternyata hal2 seperti ini sudah mencederai sifat maskulinitas sang suami.
Hal simple yang ternyata berdampak ya π
Sama seperti se-simple.. kl suami kebingungan saat mencari2 kunci motor/mobil .. dia lupa menaruh dimana. Istri biasanya sigap membantu kan yaaa???
Ternyata, sebaiknya suami belajar akan arti konsekwensi dan konsisten dalam meletakkan barang2nya. Istri sebaiknya menahan diri untuk tak langsung membantu mencarinya.
Disini proses belajar keduanya. π€
Mbak Fina Febriani :Betul, mbak. Sependek pengalaman saya, ketika suami diberi kesempatan membantu kita (bahkan untuk hal yang bisa kita lakukan sendiri), dan kita apresiasi bantuannya, maka dia akan semakin semangat untuk memberi lebih banyak pada keluarga.
Kalau untuk suami, kuncinya ada pada "perasaan dibutuhkan" dan "perasaan dihargai".
Saya banyak belajar dari bukunya john gray: men are from mars, women are from venus. Sejauh yang saya aplikasikan, tips dari pakar satu ini ampuh semua. π
(Mbak Dita) : Kalau terkait belanja gmn ya mbak? Misal, suami nawarin beli sesuatu sm istri, yg jarang2 dibeli. Tp istri merasa belum membutuhkan hal itu dan menolak untuk membeli saat ini. Itu jg mencederai ke-maskulinitas-an suami gak ya mbak?
(Mbak Niken) : Menurut saya, ini kembali pada "apa yg kita butuhan, bukan apa yg kita inginkan"
Kalau mmg kita merasa belum membutuhkan, maka bisa berkata pada suami utk hal tsb.
Mungkin lain kali jika mmg sdh membutuhkan.
Bgmn mba fina? Ada tambahan masukan kah? π π
(Mbak Fina) : Kalo saya waktu di awal nikah, bilang sama suami, mbak, apa yang saya suka dan nggak suka. Saya bilang, kalo suami mau beliin hadiah (ngomongnya sambil rada kepedean gitu π€£), jangan beliin emas emasan atau perhiasan gitu, soalnya saya nggak suka pake. Mending beliin buku, saya pasti berbinar-binar.. π€£
Lumayan efektif sih.
Biasanya kalo barangnya belum dibeli, saya bilang nggak usah, dan sebagai gantinya saya sekalian request barang yang sedang saya butuhkan. Misalnya bilang: Bunda nggak terlalu butuh sih sekarang, gimana kalo ayah beliin ini aja. Jadi beliau tetap merasa dibutuhkan. πΉ
Walaupun ada masanya juga beliau beliin sesuatu tanpa bilang dan ternyata kurang sreg buat saya, tapi karena niatnya menyenangkan saya, tetap saya terima dengan baik sebagai bentuk penghargaan. π¬
(Mbak Dita) erarti inti di akhir kita tetap memberi kesan masih 'butuh dibelanjakan' gitu ya mbak.. jd dialihkan ke belanja yg lain ya.. hehehe
Oke sip mbak Fina.. bisa digunakan juga nih π
Soalnya suami kadang dadakan nawarinnya. Pas jalan2, terus nawarin beli baju. Saya lg gak merasa butuh, jdnya yaa saya bilang gak usah dulu.
Harusnya abis itu langsung minta beliin yg lain yaa π€£
---
Dan setelah diskusi ditutup mbak netty membagikan video ceramah mengenai Duhai Ibu, Inilah yang sering kau lupakan - Ust Bendri Jaisyurrahman karena berkaitan dengan tema yang dibahas kelompok 5 hari ini. Terima kasih bumil, sehat selalu yaa π
Mudah-mudahan presentasi hari ini bermanfaat yaa.
Wassalam
No comments:
Post a Comment